Generasi Alpha atau Post Gen-Z lahir diantara tahun 2010 hingga 2025. Generasi ini tumbuh ditengah perkembangan internet sebagai internet of things, kecerdasan buatan dan realitas virtual. Generasi ini juga dikenal dengan digital savvy karena menjadi generasi adaptif yang suka bermain dengan permainan-permainan berbasis aplikasi. Hal ini tidak mengherankan karena generasi Alpha sempat melalui masa anak-anak pada saat pandemi Covid-19.
Pada kurun waktu tahun 2019 hingga 2023, anak-anak terpaksa menggunakan gadget sebagai media untuk pembelajaran jarak jauh yang menggantikan pembelajaran tatap muka di kelas. Laptop dan smartphone memberikan kemudahan anak sekolah untuk belajar secara daring dan melakukan komunikasi online dengan guru dan teman-temanny. Kemudahan teknologi dan akses informasi ini juga membuat anak-anak semakin kreatif menggunakan media online untuk mengembangkan bakat dan minatnya.
Pemakaian gadget yang berlebihan tentu saja juga dapat memberikan dampak negatif. Anak-anak menjadi kecanduan menonton video di YouTube, berinteraksi di media sosial hingga bermain game. Disisi lain, penggunaan gadget tanpa pengawasan orang tua bisa memunculkan adanya potensi kekerasan di media online, konten yang tidak pantas, pornografi, penipuan ataupun hal-hal lain yang dapat mengancam keselamatan anak-anak.
Tantangan tersebut yang mendorong PUI-PT Perempuan, Anak, dan Kesetaraan Gender (PAKG) Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur berkolaborasi dengan Komite Wali Murid SD Kreatif Muhammadiyah 16 Surabaya melakukan penelitian terkait dengan ‘Media Digital dan Perlindungan Anak’.
Tanggal 2 September 2024, PUI-PT PAKG menyelenggarakan focus group discussion bersama ketua dan para anggota komite wali murid SD Kreatif Muhammadiyah 16 Surabaya. Pada sambutannya ketua PUI-PT PAKG, Ade Kusuma menyampaikan bahwa kolaborasi ini menjadi target kinerja bidang penelitian, yaitu melaksanakan riset dan publikasi terkait isu-isu tentang perlindungan anak. Selain itu, dijelaskan pula data bahwa beberapa bentuk game online tidak lagi aman dimainkan oleh anak-anak. Anak-anak jadi mudah kecanduan bermain game dan lebih konsumtif. Selain itu, muncul ancaman perundungan siber (seperti penggunaan kata-kata kasar, memaki, menghujat dan mengintimidasi), penipuan serta predator daring menargetkan anak-anak.

Nina DK selaku ketua komite wali murid SD Kreatif Muhammadiyah 16 Surabaya memaparkan hasil kuisioner yang telah disebarkan kepada orang tua murid terkait penggunaan gadget pada anak-anaknya. Salah satu data yang diperoleh menjelaskan bahwa lebih dari 60% anak-anak di sekolah sudah memiliki gadget sendiri sehingga dirasa penting sekali diberikannya literasi digital secara berkelanjutan untuk membentuk sikap, pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan media digital bijak. Kegiatan literasi digital tidak hanya diberikan kepada guru dan orang tua tetapi juga secara langsung dan konsisten diberikan kepada anak-anak sejak usia sekolah dasar dalam penggunakan media online.
Sesi diskusi dimoderatori oleh Syifa Syarifah Alamiyah yang lebih mendalam menggali tentang bagaimana pemahaman para informan terhadap peran orang tua dalam melakukan literasi digital. Lebih lanjut sesi diskusi membahas tentang karakteristik dan perilaku generasi Alpha dalam menggunakan gadget.
Dr. Zainal Abidin Achmad sebagai pengurus PUI-PT PAKG sekaligus Kepala Pusat Pengabdian Kepada Masyarakat dan KKN, LPPM UPN Veteran Jawa Timur juga hadir sebagai pemantik diskusi pada focus group discussion. Beliau berbagi pengalaman tentang upaya pengawasan anak-anak dalam menggunakan media sosial. Selain itu turut berpartisipasi aktif juga pada kegiatan tersebut pengurus PUI-PT PAKG antara lain Januarti Pratama Nurratri dan Oktarizka Reviandani, serta asisten peneliti yang terdiri dari Ratih Pandu Mustikasari dan Veronika Cindy. [Penulis A.Kusuma]