Diskusi Gender & Sinema

Pada Jumat, 1 November 2024, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum UPN “Veteran” Jawa Timur sukses menyelenggarakan kegiatan bertajuk Studi Gender in Cinema dengan menayangkan film On the Basis of Sex. Kegiatan ini dihadiri lebih dari 100 peserta yang merupakan sivitas akademika Fakultas Hukum, baik perempuan maupun laki-laki, yang menunjukkan antusiasme tinggi terhadap tema yang diangkat.

Film On the Basis of Sex mengisahkan perjuangan Ruth Bader Ginsburg, seorang pengacara sekaligus hakim Agung Amerika Serikat, dalam membongkar ketidakadilan gender melalui jalur hukum. Salah satu kasus penting yang ditangani Ginsburg adalah membela Charles Moritz, seorang pria yang tidak mendapat keringanan pajak karena dianggap peran sebagai pengasuh ibu lansia hanya layak diberikan kepada perempuan. Film ini secara apik menggambarkan bagaimana stigma gender tidak hanya melekat pada perempuan tetapi juga pada mereka yang kurang beruntung atau tidak memiliki privilege tertentu.

Diskusi semakin menarik dengan kehadiran Januari Pratama Nurratri, dosen mata kuliah Gender di Program Studi Hubungan Internasional sekaligus anggota Pusat Unggulan Iptek Perempuan, Anak, dan Kesetaraan Gender (PUI-PAKG) UPN “Veteran” Jawa Timur, sebagai pemantik. Beliau menekankan bahwa stigma gender hingga kini masih terasa, terutama dalam pembagian peran laki-laki dan perempuan di sektor publik maupun domestik. Pada kesempatan tersebut, Dosen yang akrab dipanggil Ratri ini juga berbagi pengalaman pribadinya saat melanjutkan studi magister di luar negeri sebagai mahasiswa sekaligus ibu, yang mengharuskannya membagi waktu antara akademik dan peran pengasuhan. Pengalaman tersebut memiliki kemiripan dengan kisah Ruth Ginsberg dalam menyelesaikan pendidikannya yang penuh tantangan sebagai minoritas perempuan dan Ibu di Harvard University.

“Banyak peluang dan kesempatan tertutup ketika perempuan sudah menikah dan memiliki anak. Kalaupun kesempatan tersebut ada, beban ganda menjadi konsekuensi yang harus dihadapi oleh perempuan untuk bisa berdaya guna di masyarakat”, ujar Ratri.

Selain itu, salah satu poin penting yang diangkat dalam film tersebut adalah interseksionalitas dalam isu gender. Gender bukan hanya tentang kesetaraan antara perempuan dan laki-laki, tetapi juga menyentuh kompleksitas lain seperti kelas, usia, dan hak-hak kelompok marjinal. Hal ini menjadi tantangan yang perlu diselesaikan untuk mencapai masyarakat yang lebih inklusif.

Antusiasme peserta juga tercermin dalam sesi tanya jawab. Beberapa mahasiswa mengajukan pertanyaan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, seperti bagaimana cara mengatasi stigma gender dalam lingkungan keluarga dan kampus. Kegiatan ini sekaligus mempertegas bahwa studi gender telah berkembang pesat, seperti dikutip dari dialog dalam film: “A court ought not be affected by the weather of the day but will be by the climate of the era.” (Penulis: J.P Nurratri)